Real Fighter

Semasa dahulu masih bekerja di sebuah organisasi, ada salah satu teman, dia lulusan dari Teknik Perminyakan ITB, di dua puluh lima tahun belia usianya, bergabung di institusi yang bergerak di bidang sertifikasi migas adalah mencari pengalaman kerja, menambah ilmu, dan mengisi waktu sembari mencari peluang posisi pekerjaan dan karir yang lebih baik. Saya sendiri kurang paham, apakah bagi seorang petroleum engineer di tahun 2008 saat itu salary tiga jutaan termasuk layak atau tidak, ya mau bagaimanapun dia bekerja pada sebuah organisasi yang non profit, bukan sebuah perusahaan, namun di mata saya dan teman-teman non engineer lainnya, pendapatan sebesar itu sudah cukup membuat kami ‘nyengir kuda’.

Di balik ulas senyum ramah yang selalu menyungging di wajahnya, sikapnya yang kelihatan santai dan low profile, juga sebagai pribadi yang supel, bergaul tanpa pandang latar belakang teman-temannya, nyatanya dia seorang yang ulet sebagai pengejar impian. Berbekal gaji kepala tiga, tinggal di kos-kosan, nggak pernah mengeluh dengan beban pekerjaan yang seringnya lupa waktu, dia terus mencari celah berjuang demi mimpinya. Di penghujung dua tahunnya akhirnya dia beroleh beasiswa dari perusahaan plat merah untuk melenggang ke jenjang S2 di negeri kangguru. Dua tahun menimba ilmu dan meraih gelar master pulang ke tanah air dianugerahi lagi secara langsung sebuah posisi di bidang bussiness management oleh perusahaan yang memberinya beasiswa tersebut. Karirnya terus merangkak naik semenjak dia berkarir di ibu kota negara dengan seragam putih birunya bertolak dari usia dua puluh tujuh tahun.

Dari sekian banyak teman engineer yang pernah saya kenal, saya baru mengacungkan jempol buatnya, sersan alias santai tapi serius *nggak kebalik kan?* punya impian yang ingin dikejar -bukan dikejar-kejar oleh 🦎 lalu berlagak bak kerbau dicucuk hidungnya 😀 – supel dalam pergaulan membawa kesuksesan, karena kerja dan usaha nyata itu nggak perlu banyak bualan.

Leave a comment